Sebuah komunitas di Indonesia membuka kelas belajar mengaji khusus bagi tunarungu dengan menggunakan bahasa isyarat. Program ini membantu kaum difabel memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan lebih mudah. Para pengajar menggunakan metode visual dan bahasa isyarat agar peserta dapat memahami huruf hijaiyah, tajwid, serta makna ayat dengan jelas.
Dalam proses pembelajaran, para guru mengajarkan bacaan Al-Qur’an melalui gerakan tangan yang sudah disesuaikan dengan bahasa isyarat. Mereka juga menggunakan media visual seperti papan tulis digital dan video interaktif untuk memperjelas materi. Selain itu, kelas ini menghadirkan metode latihan membaca dengan bimbingan langsung, sehingga peserta bisa lebih cepat menguasai bacaan.
Peserta kelas ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. Banyak di antara mereka yang sebelumnya kesulitan membaca Al-Qur’an kini lebih percaya diri. Seorang peserta mengaku sangat senang karena akhirnya bisa membaca ayat suci dengan pemahaman yang lebih baik. Orang tua mereka juga merasa bangga melihat anak-anak mereka memiliki kesempatan yang sama dalam belajar agama.
Program ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Beberapa masjid dan lembaga pendidikan Islam mulai mempertimbangkan untuk menerapkan metode ini agar lebih banyak kaum difabel yang bisa belajar mengaji. Bahkan, beberapa tokoh agama mendukung penuh inisiatif ini dan berharap program serupa dapat berkembang di berbagai daerah.
Selain memberikan manfaat spiritual, kelas ini juga membangun komunitas bagi penyandang tunarungu. Mereka bisa belajar bersama, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam perjalanan mereka memahami ajaran agama. Lingkungan yang inklusif ini membuat peserta merasa lebih diterima dan termotivasi untuk terus belajar.
Kelas mengaji dengan bahasa isyarat ini menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk belajar. Dengan inovasi, kepedulian, dan metode yang tepat, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama.