Pada Minggu pagi, 30 Maret 2025, penduduk di berbagai wilayah Sumatra dikejutkan oleh pemandangan langka berupa pelangi vertikal. Fenomena alam yang muncul selama kurang lebih 30 menit ini segera menjadi viral di media sosial.

Sehubungan dengan kejadian tersebut, Dr. Rahmat Hidayat, ahli meteorologi dari BMKG, memberikan penjelasan ilmiah. “Fenomena ini dikenal sebagai light pillar atau pilar cahaya,” jelasnya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa peristiwa ini terjadi akibat refleksi cahaya matahari oleh kristal es di atmosfer.

Dalam pengamatannya, tim BMKG mencatat kondisi atmosfer yang unik saat kejadian. Pertama-tama, suhu udara berada di bawah titik beku di lapisan atas atmosfer. Kemudian, kelembaban udara yang tinggi menciptakan kondisi ideal untuk pembentukan kristal es heksagonal.

Sementara itu, Dr. Sarah Chen, peneliti atmosfer dari National Geographic, menjelaskan keunikan fenomena ini. “Berbeda dengan pelangi biasa, light pillar terbentuk ketika kristal es melayang horizontal di udara,” ujarnya. Di samping itu, ia menegaskan bahwa fenomena ini sangat jarang terjadi di wilayah tropis.

Melalui media sosial, ribuan netizen membagikan foto dan video pelangi vertikal tersebut. Akibatnya, tagar #PelangiVertikalSumatra menjadi trending topic di Twitter. Lebih dari itu, banyak fotografer profesional berhasil mengabadikan momen langka ini.

Para ahli astronomi amatir juga turut mengamati fenomena ini. Oleh karena itu, Komunitas Astronomi Indonesia mengorganisir pengamatan bersama dan mengumpulkan data dari berbagai lokasi. Dengan demikian, mereka dapat memetakan area visibilitas fenomena tersebut.

Untuk dokumentasi ilmiah, LAPAN telah mengerahkan tim khusus. Selain itu, mereka berkolaborasi dengan universitas setempat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang kondisi atmosfer yang memicu fenomena ini.

Pada akhirnya, Dr. Hidayat menekankan bahwa fenomena ini sepenuhnya alami dan aman. “Meskipun langka, pelangi vertikal ini merupakan bukti keajaiban alam yang masih bisa kita saksikan,” tutupnya. Dengan demikian, kejadian ini menjadi pengingat akan keindahan dan kompleksitas alam semesta.

Melalui peristiwa ini, minat masyarakat terhadap ilmu meteorologi dan astronomi meningkat. “Fenomena alam seperti ini membuat kita semakin tertarik untuk memahami rahasia langit,” ungkap salah satu pengamat cuaca amatir.